Rabu, 11 Desember 2013

BOGOR SEHARUSNYA BISA LEBIH BAIK



Bukan saja karena saya pernah numpang lahir di kota ini, namun juga karena memiliki Kebun Raya yang indah dan Istana Kepresidenan yang sering digunakan seorang Presiden RI bekerja, kota Bogor rasanya layak untuk lebih baik dari hari ini.

Kalau jalanan macet oleh banyaknya kendaraan, saya bisa memahami, karena masyarakat memang saat ini memiliki kelebihan untuk membeli kendaraan. Namun seperti yang semua rasakan, kesemerawutan lalulintas di Bogor lebih disebabkan oleh semerawutnya kendaraan penumpang umum. Hampir disetiap pinggir jalan, disesaki oleh malang melintangnya angkutan berwarna hijau. Berhenti berjejer, bertumpuk disembarang tempat sesuai keinginan pengemudinya. Seolah semua jalan adalah miliknya sendiri. Bahkan ketika kita akan meninggalkan kota Bogor melalui tol, sejak jalan depan istana Bogor, depan Botani Square Mall, sampai belok kekiri awal jalan Tol, dipenuhi kendaraan angkutan umum, termasuk antar kota/ kabupaten yang berhenti disepanjang pinggir jalan.  Kondisi ikutan dari hal itu adalah menjamurnya pedagang asongan yang muncul disekitarnya, membuat jalanan semakin semerawut.

Saya sungguh tidak mengerti cara mengatur itu semua. Namun pemerintah daerah Bogor dengan seluruh jajarannya selayaknya harus terus berusaha mencari jalan untuk menertibkan itu semua, khususnya disiplin bagi angkutan umum. Angkutan umum memang diperlukan, namun harus ada tata ketertibannya. Menegakkan kedisplinan haruslah dengan kedisiplinan pula. Kalau aparat semisal dari dinas pemda sendiri tidak disiplin dan hanya memungut retribusi dengan mengutip ditengah jalanan, bukan saja menurunkan wibawa, namun juga menambah kesemerawutan.

Bogor sejuk, bersih dan tertib pasti harapan masyarakat banyak. Bukan menjadi Bogor Kota Sejuta Angkot yang ruwet. Macet karena jumlah kendaraan, berbeda dengan macet akibat ketidak disiplinan.

Semangat saudara muda saya, Bima Arya Sugiarto pasti bisa!

Salam,
Desember'2013

1 komentar: