Sabtu, 07 Desember 2013

BAYANGAN : HIDDEN POWER OF DARK SIDE


Catatan, 24 Oktober 2013 
  
  Sejak didengungkan, sosok reformasi sekarang sudah berumur sekitar limabelas tahun. Anak umur limabelas tahun biasanya memang sedang nakal-nakalnya. 
Anak-anak seumur ini ditambah kebebasan dan kemajuan teknologi, sering menyulitkan orang tua untuk mengawasinya. Suka kluyuran, bolos sekolah, asyik main game online sampai lupa pulang apalagi belajar, adalah contoh ciri-ciri umum kebanyakan anak seumur itu jaman sekarang. Tentu orang tua lumayan pening dan kesulitan mengawasi bahkan mengendalikannya. Karena pada umur belasan inilah seorang anak berada dalam masa persimpangan, antara masa kanak-kanak dan menjadi dewasa. 

Perlu contoh, ketegasan dan disiplin yang kuat dari orang tua untuk bisa mengarahkan anak seumur ini agar masa depannya tidak kelam dan menjadi penerus harapan keluarga.

Kembali ke reformasi. Apa yang bisa kita teropong dari reformasi yang juga baru berumur belasan tahun ini. Reformasi haruslah berisi perubahan, namun juga keberlanjutan dari apa yang sudah baik sebelumnya. Atau sering kita dengar SBY mengatakan kalimat Continuity and Change sebagai isi dari reformasi. Sesuatu yang sudah ada dan baik, tentu perlu dipertahankan bahkan diusahakan untuk lebih disempurnakan. Sedangkan yang terbukti tidak tepat atau salah, seharusnyalah untuk diubah atau diganti. Intinya sebenarnya sama, yaitu penyempurnaan. Bersamaan dengan itu, karena reformasi adalah symbol dari terlepasnya bangsa ini dari jaman yang sering diistilahkan sebagai era otoritarian, maka kebebasan menjadi sebuah kenikmatan baru tersendiri.
   Adonan antara bumbu perubahan, keberlanjutan dan kebebasan ini ternyata tidak selalu menghasilkan sajian kondisi kehidupan yang lezat, enak dan nyaman, namun juga seringkali terasa pahit, keras dan membuat sakit perut. Dengan dalih kebebasan, segala hal seolah harus diubah, dilumatkan. Dengan dalih kebebasan, semua orang khususnya politisi, merasa memiliki hak luar biasa untuk berbuat apa saja. Freedom atau kebebasan dalam alam demokrasi yang sebenarnya hanya memberikan keleluasaan kepada siapa saja untuk berbicara apa saja, dipelintir menjadi siapa saja boleh melakukan apa saja. Plintirisasi ini sekarang merajalela kebanyak sendi kehidupan kita sehari-hari.
Akibatnya reformasi si-anak tanggung ini mirip anak-anak yang sulit dikendalikan orang tuanya.  Makna reformasi yang seharusnya, sudah kabur kesana kemari persis seperti anak kluyuran. Waktu yang seharusnya digunakan untuk menata dan menyempurnakan sesuatu, ditinggal bolos. Para pemain sibuk main online game “nafsu politik” masing-masing. Beruntung sampai saat ini mayoritas rakyat awam masih tekun dengan kesibukannya menjalani hidup mereka masing-masing. Namun sampai kapan mereka tahan tidak menonton berita pencak silat politik di berbagai televisi nasional dan media masa? Kalau mereka masih setia nonton ketoprak, ludruk atau kesenian daerah yang lain, mungkin bangsa ini masih lumayan tenang. Namun kalau tayangan televisi di tanah air masih dipenuhi sinetron dan infotainment murahan tak mendidik seperti yang banyak disiarkan sekarang, rakyat pasti juga akan terpengaruh oleh cekok-an berita politik apalagi yang tidak obyektif profesional di televisi. Akibatnya saya belum tahu, namun rasanya akan sangat mengenaskan.

Shadow: The Hidden Power

Saya pernah baca sedikit buku berjudul Meeting The Shadow : The Hidden Power of the Dark Side of Human Nature, yang diedit oleh Jeremiah Abrams dan Connie Zweig.
Buku tersebut berisi pemahaman tentang What Is The Shadow, apa itu bayangan, dari beberapa orang. Ada dari Carl G.Jung, Doris Lessing, Freiderich Nietzsche, juga William Shakespare.
   Intinya mengatakan bahwa didalam diri kita ada bayangan yang dikatakan sebagai kekuatan tersembunyi. Saya benar-benar sulit memahami dengan gamblang maksud semua yang dibahas didalam buku tersebut. Kalau secara sederhana mungkin mudah dicerna. Namun saya tertarik dengan istilah ada sebuah kekuatan didalam bayangan. Karena saya suka mencari contoh sederhana untuk sebuah persoalan, bahasa Jawanya suka gothak gathuk mathuk , maka saya menemukan kemiripan dengan kondisi jaman reformasi hari ini.
Diera reformasi yang sarat kebebasan ini, dengan niat menempatkan kembali kedaulatan ditangan rakyat, maka hampir segala pemilihan pemimpin politik, apakah Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, sampai Presiden harus dipilih langsung oleh rakyat. Dari satu sisi tampaknya niat ini luhur adanya, karena menempatkan kedaulatan penuh ditangan rakyat. Konsekwensinya, setiap sosok yang ingin maju dalam pemilihan pemimpin politik, harus memperkenalkan dirinya seluas mungkin. Untuk itu tidak mungkin dirinya bekerja sendiri. Lahirlah begitu banyak tim sukses ditanah air ini. Tim sukses calon Lurah sampai Tim sukses calon Presiden.  Nah, Tim sukses yang kemudian biasanya disusul juga tim setelah sukses inilah yang sering menjadi bayangan para pemimpin. Bayangan ini secara negatif  tidak jarang memiliki power kekuasaan bahkan melebihi sang pemimpin sendiri. Mungkin lebih tepat kenekadan daripada kekuatan. Bayangan ini tidak  perlu membaca sumpah jabatan, karena memang tidak punya jabatan resmi. Jadi kalau ada masalah, mereka mudah cuci tangan. Bayangan yang berlagak punya Hidden Power begini inilah yang sering menjebak pemimpin untuk terjerumus ke penyalahgunaan wewenang. Dengan catatan pemimpin atau pejabat tersebut baik, jujur dan taat memegang amanah. Lain lagi kalau pemimpin atau pejabat itu sendiri sebenarnya yang membangun bayangan seperti ini.  Saya sebenarnya masih sedikit lega, karena Tim Sukses yang baik dan menjalankan kegiatan sesuai fungsinya juga masih ada.  Namun saya dengar tim setelah sukseslah yang lebih banyak berulah. Apa itu tim setelah sukses, tidak perlu kita bicarakan disini karena semua juga sudah kenal. Bayangan seperti ini biasanya bermain disekitar masalah uang melalui proyek untuk menggemukan perut sendiri.
   Ada lagi dialam reformasi kita ini hadir bayangan yang mengaku memiliki power politik. Shadow yang ini bekerjanya mudah menawarkan jabatan, perlindungan jabatan atau hal lain yang berkaitan dengan politik dengan ongkos duit. Seperti yang terkuak akhir-akhir ini. Ada seorang politisi yang konon kata yang bersangkutan sendiri, sangat percaya kepada bayangan. Saya memang kurang mudeng, apakah bayangannya yang sangat pinter atau politisinya yang kehabisan akal. Apa lacur, dunia bayangan seperti ini dipolitik kita sudah menyaingi dunia klenik. Bedanya kalau klenik harus ada menyan, bunga dan duit. Kalau dunia bayangan ini cukup duit dan bunganya.
Shadow, the Hidden Power ini juga sering dimanfaatkan didunia pemberitaan. Kalau sebuah media sudah tidak lagi mau menghayati undang-undang atau etikanya sendiri, banyak korban yang bisa menderita karenanya. Diera sekarang ini bila media ingin memaksakan nafsu untuk memberitakan sebuah kejadian sesuai keinginannya sendiri, bisa dengan mudah menggunakan layanan bayangan seperti diatas. Contohnya adalah dengan menulis sebuah informasi yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Padahal mungkin berita itu sumbernya berasal dari ide penulisnya sendiri. Kalau ditanya, dengan mudah dijawab, sumbernya tidak bersedia diungkapkan identitasnya. Kalau begitu info tersebut tidak ada yang bertanggungjawab dong. Artinya beritanya juga tidak bisa dipertanggungjawabkan kan?. Mungkin analisa saya salah, namun bisa juga benar. Tergantung kejujuran media masanya. Yang pasti benar adalah bahwa bayangan bisa juga menjelma sebagai sumber, karena memiliki kesamaan sifat yaitu memiliki power atau kekuatan. Karena sumber sebuah berita, kalau benar bisa memperbaiki banyak hal. Namun kalau sumber sebuah berita tersebut tidak benar dan hanya bayangan, maka bisa mencederai dan menghancurkan seseorang ataupun banyak hal lain. Media masa yang benar adalah bagian dari kekuasaan dan power yang ada dinegeri ini. Oleh karenanya tidak diperlukan lagi bayangan yang malah bisa mengotori kekuasaan yang sudah dimiliki.

   Bayangan memang selalu mengikuti seseorang kemanapun orang itu pergi. Bayangan dalam pengertian catatan diatas juga biasanya selalu mengikuti pemegang power, kekuatan atau kekuasaan.  Dalam dunia politik kita saat ini, bayangan bisa menjelma menjadi calo, tim setelah sukses, atau bentuk lain yang mirip. Mereka tidak memiliki jabatan, namun berusaha meminjam sekaligus menyedot kekuasaan pejabat yang diikutinya. Apakah bayangan atau staf bayangan yang berbahaya seperti itu bisa dibasmi? Saya berpikir untuk membasmi bukanlah hal yang mudah. Bukan saja mungkin tidak ada sangsi hukum yang jelas, namun bayangan seperti itu bisa mudah hilang seperti kapas tertiup angin. Namun ada hal utama yang bisa dilakukan, yaitu tidak memberi peluang bayangan jahat itu untuk beraksi. Jalan satu-satunya adalah para pemimpin atau pejabat yang menjadi madu manis untuk dikelilingi bayangan seperti itu, memperkuat imannya. Memperkuat  sumpah jabatannya. Meningkatkan ketaatan kepada sumpahnya. Dan semua itu untuk menegakkan tugas dan tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah rakyat.
Karena kalau bayangan atau yang bisa saja menjelma menjadi staf bayangan yang tidak resmi ini dibiarkan bertingkah, maka staf yang sebenarnya dan bekerja sesuai tugasnya akan terganggu. Staf bukan saja terganggu namun bisa pula dicap masyarakat bagian dari bayangan hitam seperti diatas.
Lebih parah lagi negara kita bisa saja menjadi negara yang dipimpin bayangan. Betapa mengerikan bila bayangan itu dimaknai secara bebas seperti judul buku yang saya baca, yaitu Hidden Power of the Dark Side of Human. Kekuatan tersembunyi dari sisi gelap manusia. Saya tertawa membandingkan catatan saya dengan maksud buku yang saya baca. Bisa saja terasa tidak nyambung. Namun mengapa mirip dengan penglihatan saya terhadap dunia politik kita dimasa reformasi yang masih sangat remaja ini. Reformasi ini mungkin memang sedang nakal-nakalnya. 

Oleh karenanya para politisi yang mengaku sebagai orang tua yang melahirkan reformasi, segeralah sadar. Segeralah memberikan contoh, bertindaklah seperti orangtua yang baik dan benar. Kalau tidak, anakmu akan jadi anak nakal dan kurangajar. Negerimu akan selalu onar. Kecuali kalian memang tidak mampu menjadi orang tua yang benar. 

Salam
Oktober'2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar