Minggu, 08 Desember 2013

SMAN 3 MALANG '74 : KUMPUL ALUMNI UNTUK MAWAS DIRI

Mangan Gak Mangan Pokok Kumpul . Tapi Nek Kumpul Mesti Mangan
Kediaman Fauzie dan Dina di Bandung, 23-24 Nopember 2013

   Masa sekolah adalah masa yang paling banyak meninggalkan kenangan indah, sedih, senang, dan banyak lagi. Apalagi setelah lulus SMP menginjak SMA, sok untuk bergaya langsung terasa. Khususnya bagi saya dan teman-teman pria, biasa sekolah pakai celana pendek, kemudian berganti bercelana panjang, itu saja sudah sungguh merupakan kebanggaan. Kisah pengalaman cinta biasanya juga berawal saat SMA.

    Saya mendulang ilmu dan segala kisah indah itu di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Malang, Jawa Timur. Sekolah yang terletak disekitar alun-alun Tugu dikenal sebagai salah satu SMA favorit dikota Malang. Cowoknya ganteng-ganteng, ceweknya cantik-cantik, menurut saya saat itu. Kalau sekarang banyak yang lebih cantik, itu hanya karena asupan gizinya saja yang sedikit berbeda.

Ada baiknya saya catat secara singkat sejarah berdirinya SMAN 3 Malang kesayangan ini :


  • Tidak lama setelah pengakuan kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949, Di kota Malang berdiri 2 buah SMA, yaitu SMA Republik Indonesia dan SMA Federal ( VHO ). Para pejuang TRIP, TP, TGP dan lain-lain yang sudah kembali ke sekolah ditampung di SMA Federal.
  • Pada tanggal 8 Agustus 1952, jurusan B ( Pasti Alam ) SMA Republik Indonesia dan SMA Peralihan digabung menjadi satu berdasarkan SK Menteri PP dan K nomer 3418/B dan diberi nama SMA B-II Negeri. Pemberian nama ini disebabkan telah berdiri dua buah SMA .
  • Akhirnya diadakan perubahan nama berdasarkan urutan usianya yaitu : SMA A/C menjadi SMA I A/C, SMA Federal menjadi SMA B-I Negeri.
  • SMA B-I negeri kemudian diubah menjadi SMA I-B dan SMA II-B. Nama ini akhirnya dirasakan kurang tepat karena seakan-akan ada SMA B yang kualitasnya lebih tinggi daripada yang lain. Akhirnya diadakan perubahan nama ketiga SMA yang ada di Malang itu berdasarkan usianya, yaitu :
    Lapangan Basket SMA Negeri 3 Malang
    • SMA A/C menjadi SMA 1A/C
    • SMA 1B menjadi SMA II-B
    • SMA II-B menjadi SMA III-B
    • Kemudian SMA I A/C dipecah menjadi dua sekolah yaitu SMA I A/C dan SMA IV A/
  • Timbulnya SMA Gaya Baru pada tahun 1963 yang mengharuskan semua SMA mempunyai jurusan yang sama yaitu : Budaya, Sosial, Ilmu Pasti, dan Ilmu Pengetahuan Alam membawa pengaruh pada dihapuskannya nama tambahan A,B, atau C pada urutan nama keempat SMA yang ada di kota Malang.
  • Menjadi SMU Negeri 3 Malang berdasarkan SK Mendikbud RI nomer 035/O/1997.
  • Kembali menjadi SMA Negeri 3 Malang pada tahun 2002.



     SMA Negeri 3 Malang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang bertujuan menghasilkan lulusan unggul dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Profil siswa yang diharapkan dari RSBI salah satunya adalah memiliki kecakapan hidup yang dikembangkan berdasarkan multiple intelegensi mereka dan memiliki integritas moral tinggi. Dalam upaya untuk memenuhi standar mutu pengelolaan pendidikan, mulai tahun ajaran2007/2008 SMA Negeri 3 Malang telah menerima sertifikat standar manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai langkah awal untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dan meraih pengakuan internasional.

Bu Yutadi Masih Sehat
Inilah nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang yang pernah menjabat :

  1. 1952 - 1962 R. Koeswandono 
  2. 1962 - 1968 H. Soeroto
  3. 1968 - 1978 Drs. H. Soedarminto
  4. 1978 - 1986 Drs. Bambang`Poerwono 
  5. 1986 - 1989 H. Haroen Soemawinata
  6. 1989 - 1993 H. Abdullah Uki
  7. 1993 - 1998 H. Djohan Arifin
  8. 1998 - 2005 Drs. H. Moh. Saleh
  9. 2005 - 2009 Drs. H. Tri Suharno, M.Pd
  10. 2009 - 2009 Ninik Kristiani, M.Pd
  11. 2009 - 2011 Dra. Hj. Rr. Dwi Retno Udjian Ningsih, M.Pd
  12. 2011 - ....... Drs. H. Moh. Sulthon, M.Pd

Pada awalnya, semboyan asli SMA Negeri 3 Malang berbunyi "BERTAKWA - BELAJAR - BEKERJA - BERJUANG", semboyan ini merupakan hasil karya siswa-siswi SMAN 3 Malang pada saat lomba kebersihan pada bulan Juli 1967. Semboyan tersebut selanjutnya digubah oleh Bapak Rahardjo (pengajar Bahasa Indonesia) ke dalam bahasa Sanskerta menjadi BHAKTYA - WIDAGDHA - KARYA - SUDHIRA.
Tirta Empul
Tampaksiring
Semboyan ini resmi ditetapkan pada HUT ke-17 SMAN 3 Malang atas persetujuan Dewan Guru/ Karyawan serta pengurus KPSMA3 Malang. Bila diuraikan, semboyan itu mengandung makna:
Bhaktya : Berbakti, bertakwa
Widagdha : Berilmu-pengetahuan, belajar, berguna
Karya : Bekerja
Sudhira : Berani, berjuang, berteguh-hati
Penggubahan ke dalam bahasa Sanskerta bertujuan agar semboyan tersebut memiliki nilai puitis dan estetis serta emotional-artistic. Semboyan ini kemudian dikenal dengan singkatan BHAWIKARSU.
     Semua data sejarah itu tentu memberikan warna dan kebanggaan bagi semua alumni SMA Negeri 3 Malang, khususnya bagi saya dan teman-teman seangkatan yang lulus pada tahun 1974. Bukan saja sejarah itu penting, namun pendidikan di SMA adalah jembatan utama pembentukan karakter dan masa depan seorang siswa di masa depan. Apabila seorang siswa gagal membangun jembatan itu, biasanya akan sulit menyeberangi tantangan kehidupan didepan yang akan semakin penuh dinamika.


     Hari ini, sudah lebih dari 39 (tigapuluh sembilan) tahun berlalu sejak saya dan teman seangkatan meninggalkan indahnya masa di sekolah SMA Negeri 3 Malang. Bisa diperkirakan, hari ini kami rata-rata sudah berapa umurnya. Saya sering mengatakan bahwa usia kami ini "tua belum, tapi muda sudah tidak". Paling tidak semangat kami tetap terjaga. Apakah semangat bekerja, semangat momong cucu, terutama semangat kumpul-kumpul teman seangkatan. Semangat kumpul-kumpul inilah yang membuat kami sering lupa kalau sudah tidak muda. Setiap ada kesempatan, selalu saja ada alasan untuk kumpul-kumpul. Tempatnyapun seperti tidak terbatas, mau dikota manapun jadi.


Alik Dalam Kenangan
    Karena tugas dan pekerjaan, saya sendiri awalnya merasa iri dan kesepian mendengar teman-teman yang rata-rata sudah pensiun (yang PNS) tersebut sering kumpul-kumpul. Namun Tuhan membukakan jalan. Saya punya sahabat seangkatan bernama Johar Maligan, biasa kita panggil Alik, yang sedang sakit serius di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Alik adalah orang tua dari Kamidia Radisti (Disti) yang hari-hari ini sering menjadi pembawa acara di televisi. Alik pernah seangkatan dan satu sekolah dengan saya di SMA Negeri 3 Malang, namun karena sesuatu hal, dia pindah dan lulus dari SMA yang berbeda. Selama Alik sakit dan akhirnya dipanggil Yang Maha Kuasa, saya dan teman-teman seangkatan sering menjenguk, membantu dan akhirnya mengantarnya keperistirahatannya yang terakhir. Sejak saat itulah saya sering kembali bertemu teman-teman seangkatan alumni tahun 1974 , SMA Negeri 3 Malang. Alik mempertemukan kembali saya dengan para sahabat seangkatan.
Kumpul Tak Pernah Henti
    


      Atas semangat dan ridho Allah, banyak dari teman alumni SMA Negeri 3 Malang yang seangkatan saya, memiliki karier kehidupan yang membanggakan. Beberapa nama dari sekian banyak nama yang saya ingat antara lain: Diah Kirana Kresnawati atau biasa dipanggil Watik, yang pernah duduk sebagai Kepala Pusat Pelayanan Informasi dan Jasa Bakosurtanal. Willy, si botak yang pernah menjadi Kepala Divisi PLN Regional Jakarta. Lukman Effendi pernah menjadi Kepala Kantor Pajak dibeberapa kota. Djarot Utomo alias Deje yang lama terapung sebagai pelaut di perusahaan minyak di Nigeria. Galuh tetangga dekat saya di Malang, yang jadi seorang Dokter di Jakarta. Wibawanto alias Datuk pernah menjadi Pemimpin Wilayah Bank Rakyat Indonesia. Vera yang dokter gigi. Hariyadi alias Paidi, si serius jebolan ITB yang jadi ahli teknologi dan seorang guru. Darso yang pernah jadi pejabat PLN. Iwan Putranto pernah jadi pejabat Bappeda DKI. Atiek yang jadi guru bahasa Inggris di Semarang. Fauzi Alaydrus yang jadi pengusaha sukses di Jakarta. Roy Pudio Hermawan, alias Nick yang teman saya sejak TK, menjadi Notaris di Batu Malang. Dhiana Yuntari, dokter yang pernah menjadi pejabat di RS. Dr.Soetomo Surabaya. Tutik Widyo yang jadi politisi dan anggota DPRD Jogyakarta. Dani yang jadi dokter. Aning yang setia di RS Santo Borromeus Bandung, walau sekarang sudah purnabakti dan sibuk mengatur jadwal kumpul dengan para alumninya.


Pura Puseh Batuan Bali
Dan sangat banyak lagi yang tidak bisa saya ingat satu-persatu. Kesuksesan teman-teman seangkatan saya, yang kemudian dikenal dengan alumni SMANTI'74, sungguh membanggakan. Bukan saja atas prestasi mereka, namun atas kehendak dan kesediaan mereka untuk kembali bertemu menjalin kembali silaturahmi. Bahkan kuatnya tali ikatan seperti ini dibuktikan oleh beberapa teman seangkatan saya. Mereka pacaran sejak satu sekolah, bahkan seangkatan di SMA, sampai akhirnya menjadi suami istri dan sekarang saling bercucu. Diantaranya adalah pasangan Suluh Iskandar dengan Galuh, pasangan Arief Hendarman dan Hermien. Awet, setia, gak onok bosen-e, hebat. Berkah Allah !

Istana Ninuk Surabaya
     Disetiap kumpul-kumpul, silaturahmi atau acara apapun, teman-teman Smanti'74 selalu saja bertukar cerita tentang kehidupannya masing-masing. Cerita tentang suka dan duka masa lalu sampai saat ini. Sebuah kegiatan yang sering tidak disadari, bahwa pertemuan itu sejatinya merupakan ajang mawas diri. Memutar balik perjalan hidup masa lalu, kemudian berusaha mensyukuri apa yang didapat kini. Disaat seperti itulah semua tersadarkan bahwa masih banyak kawan atau orang lain yang hidupnya kurang mujur. Semeriah apapun acara kumpul-kumpul diadakan, semewah apapun makanan yang disuguhkan, selalu saja disaat berpisah pulang, perasaan syukur, bahagia dan senang terbebani oleh rasa iba terhadap sesama yang masih serba kekurangan, ataupun kenangan kepada kawan yang telah mendahului menghadap sang Pencipta. Bahkan goyangan penari seksi gadis cantik dari Uzbekistan sajian Fauzi dan Dina saat kumpul-kumpul di istananya di Bandung, tak mampu menghilangkan perasaan itu.

Batu Kota Apel
    Yang pasti, silaturahmi akan selalu membawa makna dan kenangan yang abadi. Membawa makna harus bersatunya sesama manusia, seperti Firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 103 : "Dan berpeganglah kamu semuanya dalam tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (jaman Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".


Salam.
Nopember'2013       









6 komentar:

  1. cerita singkat kenangan masa lalu yang bisa kita nikmati masa kini . . . Alhamdulillah masih diberi kenikmatan berkumpul dan ingat sesama . . . Sukses selalu untuk kita semua Aamii.

    Salam
    Heru Triargo T (Oni)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oni,
      Ungkapno kenanganmu ndik kene. Mesti menyenangkan untuk diingat. Apalagi nek crito sir-sir-an masa lalu..he3x..
      Salam

      Hapus
  2. Bravo mas Plolong
    Aku masih ingat disaat kita basket setiap sore pulang sekolah..bersama mas Romo cekot, mbak lilik pangat...dllnya.....

    Salam..From Bandung With Love
    www.pecelkediri.com
    Nehroe

    BalasHapus
  3. Perlu ditambahkan bahwa sejak bapak Sulthon pindah tugas ke SMA Negeri 8 Malang pada September 2014 Kepala SMAN 3 di ganti ibu Asri Widiapsari, M.Pd.

    BalasHapus
  4. Bapak Heru Leleono, saya guru seni budaya di sma 3 malang lagi proses mengumpulkan data alumnus dan tokoh dari SMA Tugu termasuk SMAN 3 Malang. Data tersebut diharapkan bisa dijadikan galerry foto di AULA TUGU. oleh karena itu mohon bisa mendapatkan dukungan data dari para alumnus dengan dikirim ke email: lulutedisantoso@yahoo.co.id

    BalasHapus