Jumat, 25 Juli 2014

MENCINTAI INDONESIA DENGAN HATI


Catatan, 19 Januari 2014

INDONESIA PUSAKA
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

     Ismail Marzuki menggugah hati. Lirik lagu yang disusun dari lubuk hatinya yang paling dalam, lubuk hati seorang warga negara yang sangat mencintai tanah airnya. Lirik lagu cinta terhadap tanah air yang telah memberinya kesempatan untuk hidup bersama keluarga dan sesama warga bangsa.

Dari perasaan dan tangan seorang budayawan, penyair ataupun penggugah lirik lagu, sering lahir ungkapan kalbu atas segala sesuatu. Ungkapan hati yang murni tanpa terbelenggu oleh nafsu dan kepentingan semu.
Indonesia adalah tempat kita dilahirkan, tempat kita didewasakan, tempat kita berjuang agar tanggungjawab hidup tertunaikan, dan tempat dimana kita semua ingin terdiam saat dipanggil Tuhan. Indonesia adalah pusaka, pelindung hidup seluruh warga bangsa. Duka dan bahagia adalah dinamika yang rasanya tak akan meruntuhkan semangat jiwa, bila dilalui dirumah bersama, Indonesia. Bukanlah sesuatu yang berlebihan apabila kita harus membalas semua yang diberikan tanah air Indonesia, dengan persatuan, persaudaraan dan rasa cinta sesama anak bangsa. Hanya dengan persatuan dan cinta itulah bangsa ini mampu menjaga dan memelihara tanah air, agar tetap lestari bagi anak cucu dan seluruh penerus nanti. Indonesia akan terus ada, terus hidup dan lestari; dan hanya akan hancur, mati dan tak berarti lagi, bila masyarakat bangsa ini sendiri tak mampu menjaga dan mencintai, atau kuasa Tuhan yang mengakhiri seluruh kehidupan di bumi.

Selama Indonesia belum mati, maka dinamika kehidupan akan terus silih berganti. Disetiap kemajuan peradaban kehidupan, selalu diikuti oleh tantangan. Karena tantangan itulah yang memacu bangsa untuk selalu bekerja, menyisingkan seluruh daya untuk menjaga masa depan kehidupan. Tak ada ruang untuk kalah, bila bangsa ini bersatu, bertekad bulat melakukan hal yang saling membawa manfaat serta tabu untuk melakukan sesuatu yang tidak perlu.
Tantangan kehidupan sebuah bangsa bisa datang dari berbagai faktor. Apakah proses rutin sebagai kewajaran dari sebuah perjalanan pembangunan bangsa, seperti tantangan pada kondisi ekonomi, sosial ataupun politik didalam negeri. Tantangan diatas bisa pula datang dari kondisi di luar negeri. Bisa pula tantangan datang dari sesuatu yang diluar kuasa manusia, seperti bencana alam, perubahan iklim ekstrim dan sejenisnya.      
Semua tantangan itu tidak mungkin dihindari, selain harus dihadapi. Kemampuan untuk menghadapi tantangan inilah yang sangat bergantung kepada kekuatan ikatan keluarga besar bangsa Indonesia. Sekecil apapun faktor yang menyebabkan melemahnya ikatan persatuan itu, akan sangat berpengaruh kepada kemampuan menghadapai berbagai tantangan yang datang. Kata-kata bijak mengatakan, sebuah bangsa tidak akan berubah, selain bangsa itu sendiri yang berkehendak merubahnya. Tentu maksud kata bijak diatas sebuah bangsa bukanlah satu dua atau segelintir anak bangsa saja, namun bangsa sebagai sebuah keluarga besar.

Pelajaran Dari Proses Politik

     Sesaat sebelum Komisi Pemilihan Umum memberikan keputusan-pun atas jadwal agenda proses Pemilihan Umum 2014, seluruh politisi dan Partai Politiknya telah melakukan berbagai kegiatan dengan cara, strategi dan gayanya masing-masing. Walau dengan gaya yang berbeda, sebenarnya tujuan mereka sama, yaitu mendapat perhatian dari rakyat. Walau mereka harus sadar bahwa mendapatkan perhatian, belum tentu mendapat suara dari rakyat. Karena rakyat bukanlah pihak yang ingin ikut berkompetisi, maka rakyat lebih mudah melihat siapa sebenarnya yang mereka nilai mampu menjadi tempat tepat aspirasi mereka. Sedangkan para politisi yang akan berkompetisi, cenderung tampil bagai hendak perang. Mengasah pedang, mencari kelemahan lawan, kalau bisa lawan dibunuh sebelum ke medan laga. Sikap ingin saling menjatuhkan lebih sering ditunjukkan, dibanding konsep pemikiran untuk membangun bangsa. Mereka sering lupa bahwa kalaupun mereka sudah duduk dilembaga negara apapun, membangun Indonesia tidak akan bisa mereka lakukan sendiri. Mereka akan  menjadi boneka lucu, bila berkeyakinan bahwa pikirannya sendirilah yang terbenar dan paling tepat untuk digunakan sebagai kebijakan pembangunan. Padahal didalam kehidupanpun, manusia disebutkan sebagai mahluk sosial. Mahluk yang tidak terbiasa hidup sendiri tanpa sesama, mahluk yang perlu berinteraksi.
Semangat berkompetisi yang berlebihan dan menyimpang menjadi ajang bermusuhan, sangatlah melemahkan tali persaudaraan bangsa, bahkan bisa menghancurkannya.
Hari-hari ini dengan perasaan prihatin, kita sering melihat hal itu. Semakin mendekati hari pelaksanaan pesta demokrasi 2014, semakin sering kita saksikan para politisi bertindak atas kebenarannya sendiri. Mereka tampak lebih cinta kepada dirinya sendiri. Mereka seperti tidak peduli apakah karena polah nya, Indonesia sebenarnya sedang mereka sakiti. Caci maki, saling mencela yang dipertunjukan para politisi seperti ini, tidak jarang menimbulkan instabilitas diberbagai bidang, seperti kerukunan sosial, gejolak ekonomi dan pasti memanasnya suhu politik. Rakyat yang hanya ingin hidup layak dan damai dinegaranya sendiri Indonesia, tragisnya harus ikut merasakan kesulitannya. Bila kondisi ini terus berlangsung apalagi memburuk, dan karena dunia saat ini seolah tak lagi berbatas, maka negara lain akan melihat dan menilai Indonesia sebagai negara yang bermasalah, negara yang tidak mampu mengatur rumah sendiri. Kalau cinta Indonesia, tegakah kita mendengar dan melihat itu semua.

Pelajaran Dari Bencana

       Semua faham benar bahwa Indonesia termasuk negara yang rawan bencana. Selain sebagai negara tropis, Indonesia dikatakan berada di belahan Ring Of Fire. Hujan, angin, banjir, tsunami, gempa dan meletusnya gunung berapi, akan menjadi tantangan yang bisa terjadi kapan saja. Tidak semua negara didunia ini berkondisi seperti Indonesia. Lalu apakah kenyataan itu kita akan jadikan alasan untuk menyerah dan memilih pindah kenegara lain dengan dalih hak azasi. Atau kita syukuri sebagai hadiah Tuhan agar kita selalu bekerja keras dan beribadah. Karena kita sebagai umat beragama yakin, bahwa Tuhan tidak akan menguji manusia dengan bentuk ujian yang tidak mampu diatasi umatnya. Semakin bangsa ini diuji, semakin kuat pula bangsa ini mengatasi.
Saat ini kita juga sedang diuji dengan terjadinya bencana diberbagai daerah. Meletusnya Gunung Sinabung di Sumatera Utara yang bekepanjangan. Banjir di Jakarta, Menado dan diberbagai daerah lainnya. Semua bencana yang terjadi hari ini sebenarnya bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Bencana yang terjadi hari ini semuanya pernah dialami Indonesia. Sayangnya diluar jenis bencana yang terjadi, ada hal lain yang juga bukan hal baru: yaitu debat kusir dan saling menyalahkan.

Disaat para pencela berkata bahwa pemerintah tidak berbuat apa-apa, bagaimana dengan Anggota Polisi yang setiap hari menggigil basah dijalanan dan ditempat bencana. Bagaimana ribuan anggota TNI diperintahkan untuk turun langsung kelapangan membantu para korban. Bagaimana semua jajaran aparat Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan Tagana-nya kurang tidur untuk mengatur kelancaran bantuan yang terjadi didaerah yang saling berjauhan. Bagaimana puluhan petugas Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, PVMBG yang setiap detik menunggu dan mengawasi perilaku gunung berapi Sinabung yang sedang meletus. Mereka bekerja karena tugas negara, sebagai bagian dari pemerintah, mereka pengabdi masyarakat karena mereka mencintai Indonesia. Presiden dan semua Kepala Pemerintahan Daerah yang terkena, hampir tidak pernah berhenti saling lapor untuk mengantisipasi kendala yang bisa terjadi disetiap.
Bencana ini sekarang sudah terjadi. Hal utama yang harus dilakukan adalah mengurangi meluasnya dampak bencana dan menyelamatkan sebanyak mungkin masyarakat yang menjadi korban. Langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan mawas diri, apakah ada faktor kelalaian manusia yang membuat bencana itu terjadi. Bahkan bukan tidak mungkin juga karena kesalahan kebijakan pemerintah disemua tingkatan.

Alangkah mudaratnya, disaat terjadi bencana yang sedang menyakiti Indonesia dan masyarakatnya, ada pihak yang menggunakan derita itu untuk saling mencaci maki, salah menyalahkan, seolah dirinyalah pihak yang paling mengerti dan benar.  Saya sering mengatakan, sikap yang tepat dalam menghadapi bencana adalah, turun langsung membantu. Kalau tidak, kirim saja bantuan. Kalau masih tidak bisa, doakan para korban saja. Kalau semua itu tidak bisa dilakukan, maka diamlah dirumah, jangan ikut bicara apalagi mencela kesana kemari.
Bencana alam juga mudah berubah sewaktu-waktu. Oleh karenanya menyiapkan bantuan bukanlah hal yang mudah dan melakukannyapun tidak bisa business as usual, biasa-biasa saja. Hanya orang terlatih seperti Polisi, TNI, PMI atau anggota pecinta alam yang biasa memutuskan tindakan dengan cepat. Hampir pasti kekurang sempurnaan akan terjadi disana-sini, karena memang hidup tidak ada kesempurnaan. Namun usaha perbaikan haruslah terus dilakukan dengan kerja keras.

Apa yang terjadi hari ini bukan tidak mungkin akan terjadi kembali diwaktu yang akan datang. Semua mengerti bahwa tidak mudah menanggulanginya. Semua tahu bahwa kedatangan bencana bisa kapan saja. Semua faham harus banyak dilakukan oleh manusia untuk mengurangi meluasnya bencana.
Namun memanfaatkan bencana untuk kampanye palsu, lahan ungkapkan kebencian dan hal lain yang sungguh tak bermanfaat bagi jalan keluar, adalah sebuah perbuatan picik. Perbuatan yang menyakitkan Indonesia yang sedang berduka. Mungkin memang banyak kebijakan Pemerintah yang harus disempurnakan, namun janganlah lunturkan cinta kita kepada Indonesia. Pemerintah bisa berganti, Pemimpin terus berganti, Bencanapun bisa datang silih berganti, namun jangan pernah berhenti Mencintai Indonesia Dengan Hati.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar