Jumat, 22 November 2013

HARI KESEHATAN POLITIK NASIONAL


Catatan, 20 Oktober 2013

       Tanggal 12 November adalah Hari Kesehatan Nasional. Menjaga kesehatan memang harus terus menjadi usaha utama. Karena semua pasti  sepakat bahwa hanya dengan raga dan jiwa yang sehat, kita bisa menjalankan kehidupan ini dengan baik. Banyaknya bagian tubuh manusia, kemudian oleh para ahli kesehatan diperingati masing-masing. Ada Hari Kanker tulang, 11 April. Ada Hari Asma, 1 Mei. Ada hari Rabies sedunia, 28 September. Ada Hari Jantung sedunia, 24 September. Ada Hari Kusta sedunia, 28 Desember. Juga ada Hari Menopose sedunia, yang kebetulan bertepatan dengan hari lahirnya media darling bulan ini, Akil Mochtar, 18 Oktober. Dan masih banyak lagi hari yang ditetapkan oleh para ahli kesehatan untuk menjadi peringatan bagi seluruh masyarakat.

Semua peringatan tersebut baru menyentuh kesehatan jiwa dan badan manusia. Padahal dalam mengarungi kehidupannya, manusia sangat pula terpengaruh oleh hal lain diluar kondisi dirinya. Atau biasa kita sebut bahwa hidup manusia sangat terpengaruh oleh lingkungannya.
Oleh karenanya kitapun bukan saja harus mengenali pengaruh lingkungan, namun juga harus memahami, atau kalau mungkin mempengaruhi lingkungan tersebut. Kalau lingkungan kita bersih, biasanya kehidupan pribadi dalam lingkungan tersebut juga bersih. Sebaliknya bila lingkungannya kotor, biasanya kehidupan individu didalamnya juga kotor. Dua sisi tersebut bisa saling mempengaruhi. Apakah berasal dari lingkungannya ataupun sebaliknya berasal dari individu didalam lingkungan tersebut. Sebagai contoh, mengapa saya pernah mengatakan bahayanya kehidupan para anggota Kepolisian. Karena hidupnya sangat sering berhadapan dan dekat dengan para penjahat atau pelanggar hukum, bukan tidak mungkin hal itu bisa mempengaruhi sikap para anggota Kepolisian sendiri. Secara bercanda, bisa dikatakan hanya anggota Kepolisianlah yang bisa mendapatkan berbagai ilmu untuk melakukan kejahatan secara gratis. Untuk itulah penyegaran, pendalaman iman serta kedisiplinan para anggota Kepolisian harus terus dijalankan tanpa henti. Hanya dengan begitu para anggota Kepolisian terjaga kesehatan imannya, sehingga tidak tertular penyakit untuk berbuat kejahatan.
Demikian pula apabila lingkungan masyarakat kotor dalam arti sebenarnya. Tidak jarang sikap hidup masyarakat dalam lingkungan yang kotor seperti itu juga terpengaruh menjadi kotor pula. Dari lingkungan seperti itu sering lahir para penjahat, anak-anak nakal, dan tentu keluarga yang tidak sehat secara fisik. Pendek kata, terbuktilah bahwa lingkungan kehidupan sangat mempengaruhi perkembangan atau kehidupan masyarakat yang ada didalamnya.


Pemilu 2014 bisa jadi obat

Mari kita melihat kehidupan masyarakat kita Indonesia khususnya, sekarang ini. Kita mengenal ada empat jenis kondisi yang berpengaruh dalam kehidupan nasional. Mereka adalah kondisi Ekonomi, Sosial, Politik dan Keamanan.
Karena sekarang masanya, maka saya coba melakukan diagnosa medis, bagaimana kondisi lingkungan politik nasional saat ini.
Dua hal perlu kita periksa. Pertama politiknya sendiri, dan yang kedua pelaku politiknya. Kita harus lihat kondisi kesehatannya hari ini dan melalui microskop harus pula kita coba temukan virus, bakteri atau penyakit yang ada.
Dari pilihan niat bersistim, tampaknya kondisi politik nasional kita saat ini baik, atau bahkan sangat baik, yaitu Demokrasi. Secara sederhana sistim demokrasi diharapkan selalu menghargai perbedaan, bersedia melakukan musyawarah, dan mampu membuat kesepakatan. Selain itu juga melibatkan seluruh rakyat. Diagnosa medik mengatakan niat tersebut sangatlah sehat. Bagaimana dengan kondisi kesehatan pelaksanaan niat demokrasi itu sendiri? Walau tanpa microskop, pelaksanaan demokrasi ditanah air ini masih banyak yang tidak dalam kondisi baik. Kalau tidak dikatakan dalam kondisi sakit atau meriang.   
Masih sering terjadi pemaksaan kehendak dalam kehidupan politik, atau sering disebut politik tangan besi. Politik uang masih sering terjadi. Kalau uang untuk biaya operasional berpolitik, bisa dikatakan wajar saja. Namun kalau uang digunakan untuk membeli suara demi politik, hal itu sama halnya dengan pemaksaan kehendak. Dalam pesta demokrasi seperti Pemilu Daerah dan Pemilu Nasional, masih saja terjadi berbagai kondisi yang tidak sehat. Kondisi Penyelenggara Pemilu yang juga berarti penyelenggara demokrasi yaitu KPU saja masih sering demam meriang. Seperti KPUD yang seharusnya mendapatkan mandat untuk bekerja independen, masih sering terserang virus intervensi atau mendapatkan bahaya menderita dipecat Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Belum lagi masih ada Bawaslu. Apalagi para politisi yang kalah. Walau sudah berikrar "Siap Menang dan Siap Kalah", namun legowo adalah sesuatu yang langka. 
Seperti manusia yang menderita obesitas, maka birokrasi politik yang sering kegemukan persoalan ini, menyimpan berbagai virus dan penyakit lain. Jenis penyakit birokrasi politik sebenarnya hampir selalu sama dari waktu kewaktu, yaitu virus arogansi kewenangan atau kekuasaan. Akibatnya birokrasi yang diramu dari berbagai lembaga vitamin dengan tujuan untuk menyehatkan, berbalik menjadi virus yang melemahkan.

Sekarang bagaimana kondisi kesehatan para pelaku politik? Karena hal ini berkaitan dengan manusia secara langsung, maka yang harus dilakukan adalah menyedot darahnya dan kita bawa kelaboratorium untuk menemukan apakah terdapat bakteri, virus atau penyakit lain. Beberapa hasil telah kita ketemukan, sedangkan virus atau penyakit lain masih samar-samar. Dibawah ini saya coba mencatat beberapa penyakit yang biasa ditemukan dan resep pengobatannya.

1.     Hipertensi Primer. Penyakit ini biasa disebut tekanan darah tinggi. Kadang tidak diketahui penyebabnya. Namun hal ini bisa terjadi karena kelainan hormonal, seperti hiperaldosteronisme, sindroma cushing dan yang lain. Pada pelaku politik atau politisi yang terjangkit, salah satu gejalanya adalah pemarah, ngamukan dan merasa paling benar. Dalam Pemilu walau sudah ikut acara penting ikrar siap kalah, siap menang, namun bila ternyata dirinya kalah, acara tadi dinilai benar-benar seremonial belaka. Langsung ngamuk kanan kiri, tanpa mau tau bahwa ngamuknya itu merugikan masyarakat banyak. Mengumbar fitnahpun mudah dilakukannya. 
      Oleh karenanya dalam politik penyakit ini kita sebut Hiperpolitisi Primer. 
    Didunia kedokteran, sebenarnya ada jenis Hipertensi Sekunder. Tapi yang Primer ini jenis yang sulit ditebak.
Untuk menghindari penyakit ini, sebaiknya politisi menurunkan berat badan, jangan kegemukan. Apalagi membuat rekening gendut yang tidak halal. Kedua, olah raga. Jangan hanya olah rekayasa. Ketiga, kelola stress dengan baik. Salah satunya dengan jalan tidak berpikir ingin memiliki selingkuhan.

2.     Alzheimer. Ini merupakan penyakit syaraf otak yang menyebabkan penurunan daya ingat. Ciri-ciri orang yang terjangkit penyakit ini adalah melemahnya penuturan, kewarasan, ingatan dan juga perubahan tingkah laku yang tak terkendali. Gejala pada diri politisi yang sering tampak adalah pelupa, atau ingatannya hilang. Mereka sering lupa kepada isi janjinya saat berkampanye didepan rakyat. Juga tingkah lakunya yang sering tak terkendali. Dalam politik penyakit ini kita sebut saja  Politizeimer.
Untuk mencegah penyakit ini, disarankan banyak minum Vitamine E dan menkonsumsi Choline. Choline ini diantaranya adalah, hati ayam, telur dan kedelai. Saran saya jangan terlalu sering makan hati orang lain, jangan menunggu dilempar telur busuk demonstran, dan perbanyak makan tempe. Boleh dari kedelai lokal atau impor.

3.     BED atau Binge Eating Disorder. Ciri penderita penyakit ini adalah kompulsif, makan dengan jumlah abnormal, dan tidak pernah merasa puas. Faktor yang menjadi penyebab ada beberapa. Bisa kelainan biologis, bisa psikologis, seperti tidak puas terhadap diri sendiri atau rasa rendah diri. Juga bisa karena sosial budaya, seperti riwayat pelecehan seksual, atau tekanan sosial untuk kelihatan keren, kurus yang biasanya dipengaruhi media yang memicu emotional eating. Penyakit ini biasanya menyerang politisi dengan gejala tidak pernah puas, tamak, dan itulah yang memicu mereka untuk korupsi. 
     Dalam politik sebut saja sebagai BCD, Bloodypolitic Cheating Disorder. Inilah penyakit utama yang menyerang otak politisi sehingga menjelma menjadi koruptor.
Pengobatannya ada tiga. CBT Cognitif Behavior Therapy, IPT Interpersonal Psikotherapy dan DBT Dialectical Behavior Therapy. Intinya terapi untuk memahami perilaku sendiri, berhubungan dengan orang lain, dan terapi bagaimana mengatasi stress dan mengatur emosi.

Itulah beberapa penyakit yang berhasil ditemukan. Namun tampaknya masih banyak penyakit kambuhan lain yang juga sering mengganggu lingkungan perpolitikan nasional.
Oleh karenanya dengan niat baik dan hati tulus, saya sebagai warganegara mengusulkan tanggal dimulainya Pesta Demoktrasi Pemilu 2014 yang jatuh pada tanggal 9 April 2014 ditetapkan sebagai HARI KESEHATAN POLITIK NASIONAL
Dengan harapan agar para politisi memahami perlunya politik yang sehat untuk membangun masa depan negeri ini. Tanggal ini bukan saja tepat karena hari pelaksanaan pemungutan suara Pemilu 2014, namun kalau kita teliti, maka tanggal itu berada diantara tanggal penting lainnya. 
Tanggal 7 April adalah Hari Kesehatan Dunia. Mengingatkan kita semua pentingnya kesehatan jiwa dan raga. Tanggal 8 April adalah Hari Anak-anak Balita. Mengingatkan pesan almarhum Gus Dur, agar politisi yang terhormat tidak bersikap seperti anak-anak TK. Sedangkan tanggal 10 April adalah Hari Meluasnya Malaria sedunia. Sehingga bermanfaat bagi politisi untuk mampu menghindari meluasnya penyakit-penyakit diatas.

Maaf catatan saya terasa cengengesan, namun dimasyarakat ketimuran seperti Indonesia, cara informal sering lebih mudah difahami dalam mampu menyelesaikan masalah penting.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar