Catatan, 20 Oktober 2013
Tanggal 12 November adalah Hari Kesehatan Nasional. Menjaga kesehatan memang harus terus menjadi usaha utama. Karena semua pasti sepakat bahwa hanya dengan raga dan jiwa yang sehat, kita bisa menjalankan kehidupan ini dengan baik. Banyaknya bagian tubuh manusia, kemudian oleh para ahli kesehatan diperingati masing-masing. Ada Hari Kanker tulang, 11 April. Ada Hari Asma, 1 Mei. Ada hari Rabies sedunia, 28 September. Ada Hari Jantung sedunia, 24 September. Ada Hari Kusta sedunia, 28 Desember. Juga ada Hari Menopose sedunia, yang kebetulan bertepatan dengan hari lahirnya media darling bulan ini, Akil Mochtar, 18 Oktober. Dan masih banyak lagi hari yang ditetapkan oleh para ahli kesehatan untuk menjadi peringatan bagi seluruh masyarakat.
Semua
peringatan tersebut baru menyentuh kesehatan jiwa dan badan manusia. Padahal
dalam mengarungi kehidupannya, manusia sangat pula terpengaruh oleh hal lain
diluar kondisi dirinya. Atau biasa kita sebut bahwa hidup manusia sangat
terpengaruh oleh lingkungannya.
Oleh
karenanya kitapun bukan saja harus mengenali pengaruh lingkungan, namun juga
harus memahami, atau kalau mungkin mempengaruhi lingkungan tersebut. Kalau
lingkungan kita bersih, biasanya kehidupan pribadi dalam lingkungan tersebut juga
bersih. Sebaliknya bila lingkungannya kotor, biasanya kehidupan individu
didalamnya juga kotor. Dua sisi tersebut bisa saling mempengaruhi. Apakah
berasal dari lingkungannya ataupun sebaliknya berasal dari individu didalam
lingkungan tersebut. Sebagai contoh, mengapa saya pernah mengatakan bahayanya
kehidupan para anggota Kepolisian. Karena hidupnya sangat sering berhadapan dan
dekat dengan para penjahat atau pelanggar hukum, bukan tidak mungkin hal itu
bisa mempengaruhi sikap para anggota Kepolisian sendiri. Secara bercanda, bisa
dikatakan hanya anggota Kepolisianlah yang bisa mendapatkan berbagai ilmu untuk
melakukan kejahatan secara gratis. Untuk itulah penyegaran, pendalaman iman
serta kedisiplinan para anggota Kepolisian harus terus dijalankan tanpa henti.
Hanya dengan begitu para anggota Kepolisian terjaga kesehatan imannya, sehingga
tidak tertular penyakit untuk berbuat kejahatan.
Demikian
pula apabila lingkungan masyarakat kotor dalam arti sebenarnya. Tidak jarang
sikap hidup masyarakat dalam lingkungan yang kotor seperti itu juga terpengaruh
menjadi kotor pula. Dari lingkungan seperti itu sering lahir para penjahat,
anak-anak nakal, dan tentu keluarga yang tidak sehat secara fisik. Pendek kata,
terbuktilah bahwa lingkungan kehidupan sangat mempengaruhi perkembangan atau
kehidupan masyarakat yang ada didalamnya.
Pemilu 2014 bisa jadi
obat
Mari
kita melihat kehidupan masyarakat kita Indonesia khususnya, sekarang ini. Kita
mengenal ada empat jenis kondisi yang berpengaruh dalam kehidupan nasional. Mereka
adalah kondisi Ekonomi, Sosial, Politik dan Keamanan.
Karena
sekarang masanya, maka saya coba melakukan diagnosa medis, bagaimana kondisi lingkungan
politik nasional saat ini.
Dua
hal perlu kita periksa. Pertama politiknya sendiri, dan yang kedua pelaku
politiknya. Kita harus lihat kondisi kesehatannya hari ini dan melalui
microskop harus pula kita coba temukan virus, bakteri atau penyakit yang ada.
Dari
pilihan niat bersistim, tampaknya kondisi politik nasional kita saat ini baik,
atau bahkan sangat baik, yaitu Demokrasi. Secara sederhana sistim demokrasi diharapkan
selalu menghargai perbedaan, bersedia melakukan musyawarah, dan mampu membuat
kesepakatan. Selain itu juga melibatkan seluruh rakyat. Diagnosa medik
mengatakan niat tersebut sangatlah sehat. Bagaimana dengan kondisi kesehatan
pelaksanaan niat demokrasi itu sendiri? Walau tanpa microskop, pelaksanaan
demokrasi ditanah air ini masih banyak yang tidak dalam kondisi baik. Kalau
tidak dikatakan dalam kondisi sakit atau meriang.
Masih
sering terjadi pemaksaan kehendak dalam kehidupan politik, atau sering disebut
politik tangan besi. Politik uang masih sering terjadi. Kalau uang untuk biaya
operasional berpolitik, bisa dikatakan wajar saja. Namun kalau uang digunakan
untuk membeli suara demi politik, hal itu sama halnya dengan pemaksaan
kehendak. Dalam pesta demokrasi seperti Pemilu Daerah dan Pemilu Nasional,
masih saja terjadi berbagai kondisi yang tidak sehat. Kondisi Penyelenggara
Pemilu yang juga berarti penyelenggara demokrasi yaitu KPU saja masih sering
demam meriang. Seperti KPUD yang seharusnya mendapatkan mandat untuk bekerja
independen, masih sering terserang virus intervensi atau mendapatkan bahaya
menderita dipecat Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Belum lagi masih ada Bawaslu. Apalagi para politisi yang kalah. Walau sudah berikrar "Siap Menang dan Siap Kalah", namun legowo adalah sesuatu yang langka.
Seperti manusia yang menderita obesitas, maka birokrasi politik yang sering
kegemukan persoalan ini, menyimpan berbagai virus dan penyakit lain. Jenis
penyakit birokrasi politik sebenarnya hampir selalu sama dari waktu kewaktu,
yaitu virus arogansi kewenangan atau kekuasaan. Akibatnya birokrasi yang diramu
dari berbagai lembaga vitamin dengan tujuan untuk menyehatkan, berbalik menjadi
virus yang melemahkan.
Sekarang
bagaimana kondisi kesehatan para pelaku politik? Karena hal ini berkaitan
dengan manusia secara langsung, maka yang harus dilakukan adalah menyedot
darahnya dan kita bawa kelaboratorium untuk menemukan apakah terdapat bakteri,
virus atau penyakit lain. Beberapa hasil telah kita ketemukan, sedangkan virus
atau penyakit lain masih samar-samar. Dibawah ini saya coba mencatat beberapa
penyakit yang biasa ditemukan dan resep pengobatannya.
1.
Hipertensi Primer. Penyakit ini biasa disebut tekanan
darah tinggi. Kadang tidak diketahui penyebabnya. Namun hal ini bisa terjadi karena
kelainan hormonal, seperti hiperaldosteronisme, sindroma cushing dan yang lain.
Pada pelaku politik atau politisi yang terjangkit, salah satu gejalanya adalah
pemarah, ngamukan dan merasa paling
benar. Dalam Pemilu walau sudah ikut acara penting ikrar siap kalah, siap
menang, namun bila ternyata dirinya kalah, acara tadi dinilai benar-benar
seremonial belaka. Langsung ngamuk kanan kiri, tanpa mau tau bahwa ngamuknya
itu merugikan masyarakat banyak. Mengumbar fitnahpun mudah dilakukannya.
Oleh karenanya
dalam politik penyakit ini kita sebut Hiperpolitisi Primer.
Didunia
kedokteran, sebenarnya ada jenis Hipertensi Sekunder. Tapi yang Primer ini jenis
yang sulit ditebak.
Untuk
menghindari penyakit ini, sebaiknya politisi menurunkan berat badan, jangan
kegemukan. Apalagi membuat rekening gendut yang tidak halal. Kedua, olah raga.
Jangan hanya olah rekayasa. Ketiga, kelola stress dengan baik. Salah satunya
dengan jalan tidak berpikir ingin memiliki selingkuhan.
2.
Alzheimer. Ini merupakan penyakit syaraf otak yang
menyebabkan penurunan daya ingat. Ciri-ciri orang yang terjangkit penyakit ini
adalah melemahnya penuturan, kewarasan, ingatan dan juga perubahan tingkah laku
yang tak terkendali. Gejala pada diri politisi yang sering tampak adalah
pelupa, atau ingatannya hilang. Mereka sering lupa kepada isi janjinya saat
berkampanye didepan rakyat. Juga tingkah lakunya yang sering tak terkendali.
Dalam politik penyakit ini kita sebut saja Politizeimer.
Untuk
mencegah penyakit ini, disarankan banyak minum Vitamine E dan menkonsumsi
Choline. Choline ini diantaranya adalah, hati ayam, telur dan kedelai. Saran
saya jangan terlalu sering makan hati orang lain, jangan menunggu dilempar
telur busuk demonstran, dan perbanyak makan tempe. Boleh dari kedelai lokal
atau impor.
3.
BED atau Binge Eating
Disorder. Ciri penderita penyakit ini adalah kompulsif, makan dengan jumlah
abnormal, dan tidak pernah merasa puas. Faktor yang menjadi penyebab ada
beberapa. Bisa kelainan biologis, bisa psikologis, seperti tidak puas terhadap
diri sendiri atau rasa rendah diri. Juga bisa karena sosial budaya, seperti
riwayat pelecehan seksual, atau tekanan sosial untuk kelihatan keren, kurus
yang biasanya dipengaruhi media yang memicu emotional eating. Penyakit ini biasanya
menyerang politisi dengan gejala tidak pernah puas, tamak, dan itulah yang
memicu mereka untuk korupsi.
Dalam politik sebut saja sebagai BCD, Bloodypolitic
Cheating Disorder. Inilah penyakit utama yang menyerang otak politisi
sehingga menjelma menjadi koruptor.
Pengobatannya
ada tiga. CBT Cognitif Behavior Therapy, IPT Interpersonal Psikotherapy dan DBT Dialectical Behavior Therapy. Intinya
terapi untuk memahami perilaku sendiri, berhubungan dengan orang lain, dan
terapi bagaimana mengatasi stress dan mengatur emosi.
Itulah
beberapa penyakit yang berhasil ditemukan. Namun tampaknya
masih banyak penyakit kambuhan lain yang juga sering mengganggu lingkungan perpolitikan nasional.
Oleh
karenanya dengan niat baik dan hati tulus, saya sebagai warganegara mengusulkan
tanggal dimulainya Pesta Demoktrasi Pemilu 2014 yang jatuh pada tanggal 9 April
2014 ditetapkan sebagai HARI KESEHATAN POLITIK NASIONAL.
Dengan harapan agar
para politisi memahami perlunya politik yang sehat untuk membangun masa depan
negeri ini. Tanggal ini bukan saja tepat karena hari pelaksanaan pemungutan suara Pemilu 2014,
namun kalau kita teliti, maka tanggal itu berada diantara tanggal penting
lainnya.
Tanggal 7 April adalah Hari Kesehatan Dunia. Mengingatkan kita semua
pentingnya kesehatan jiwa dan raga. Tanggal 8 April adalah Hari Anak-anak Balita.
Mengingatkan pesan almarhum Gus Dur, agar politisi yang terhormat tidak
bersikap seperti anak-anak TK. Sedangkan tanggal 10 April adalah Hari Meluasnya
Malaria sedunia. Sehingga bermanfaat bagi politisi untuk mampu menghindari
meluasnya penyakit-penyakit diatas.
Maaf
catatan saya terasa cengengesan,
namun dimasyarakat ketimuran seperti Indonesia, cara informal sering lebih mudah difahami
dalam mampu menyelesaikan masalah penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar